Wabah penyakit mulut dan kuku PMK pada hewan ternak yang bisa menurunkan kesehatan, produktivitas, dan kematian hewan menyebar cepat di beberapa daerah di Indonesia. Per 10 Mei 2022, penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus itu menginfeksi sekitar hewan ternak di empat kabupaten di Jawa Timur dan sapi di Aceh. Meski Organisasi Kesehatan Hewan Dunia OIE menyatakan risiko penularan PMK dari hewan ternak ke manusia sangat kecil, tapi dampak ekonominya besar dan signifikan. Produksi susu sapi terancam turun, yang akan mempengaruhi bisnis turunan dari susu sapi. Begitu juga produksi daging sapi. Di tengah pandemi COVID-19 yang belum selesai dan temuan penyakit baru hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak, wabah yang menyerang hewan ini menambah kesulitan ekonomi yang telah terjadi sebelumnya. Pemerintah harus segera mengendalikan virus penyebab PMK baik melalui langkah karantina maupun vaksinasi massal hewan dan Mengapa PMK muncul lagi Indonesia Di Indonesia, wabah PMK pertama kali diketahui pada 1887 di Malang, Jawa Timur. Penyakit kemudian menyebar ke berbagai daerah pada 1962. Wabah PMK seolah telah hilang pada 1980-1982 berkat vaksinasi massal memberantas PMK yang dimulai 1974. Tapi, sembilan tahun kemudian, pada 1983, penyakit ini muncul lagi di Jawa Tengah. Saat itu virus menular ke mana-mana karena satu-satunya penyebab PMK yang menyerang di Indonesia, yaitu virus tipe O dengan strain O1, menjadi lebih kuat sehingga vaksin dari vaksinasi tahun 1970-an tidak mempan lagi. Melalui vaksinasi secara teratur setiap tahun, wabah dapat dikendalikan dan sejak 1986 Indonesia menyatakan bebas PMK. Hal tersebut juga diakui di tingkat ASEAN sejak 1987 dan tingkat dunia sejak 1990 oleh OIE. Tapi kini wabah itu datang lagi. Penyelidikan asal-usul wabah baru ini masih berjalan. Menteri Pertanian telah menetapkan PMK sebagai wabah. Mereka melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran dan melacak penyakit tersebut. Pola penularan dan tanda PMK pada hewan ternak Organisasi Kesehatan Hewan Dunia OIE menyatakan PMK atau foot and mouth disease FMD merupakan penyakit hewan ternak yang parah dan sangat menular. Penyebabnya adalah virus PMK, FMD virus FMDV. Virus ini termasuk dalam genus Aphthovirus dari famili Picornaviridae, yang memiliki tujuh tipe A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, dan Asia1 yang endemik di berbagai negara di dunia. Penyakit ini menyerang sapi, babi, domba, kambing, dan ruminansia hewan pemamah biak berkuku belah lainnya. Penularan virus PMK dapat melalui semua ekskresi misalnya tinja, urin dan sekresi lendir dari hewan yang terinfeksi, khususnya melalui aerosol yang mengandung virus. Selain itu, virus dapat menular melalui peralatan pakaian, alas kaki, kandang atau kendaraan pengangkut hewan, bahan pakan, air yang terkontaminasi. Hewan yang telah pulih dari infeksi kadang-kadang dapat membawa virus dan memulai wabah baru penyakit. Gejala klinis yang khas pada PMK adalah munculnya lepuh vesikel di hidung, lidah, bibir, dalam rongga mulut, antara jari-jari kaki, atas kuku dan puting susu. Lepuh yang pecah dapat menyebabkan kepincangan yang ekstrem dan keengganan untuk bergerak atau makan. Gejala lainnya adalah demam, depresi, air liur berlebihan, berat badan turun, pertumbuhan lambat serta produksi susu turun yang dapat bertahan bahkan setelah pemulihan. Biasanya, lepuh sembuh dalam tujuh hari terkadang lebih lama. Namun, dapat terjadi komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder pada lepuh yang terbuka. Kematian dapat terjadi sebelum timbulnya lepuh akibat miokarditis multifokal radang seluruh otot jantung. PMK dapat dicurigai berdasarkan gejala klinis, namun tidak dapat dibedakan secara klinis dari penyakit vesikular adanya luka atau kerusakan jaringan lainnya. Oleh karena itu, diagnosis kasus dugaan PMK melalui tes laboratorium merupakan hal yang penting. Cara pengendalian PMK dapat dicegah dan dikontrol melalui profilaksis sanitasi pencegahan melalui kebersihan lingkungan dari penyakit dan medis. Kegiatan profilaksis sanitasi meliputi perlindungan zona bebas PMK dengan mengontrol perbatasan dan pergerakan hewan ternak serta produknya; inaktivasi mematikan atau melemahkan virus PMK pada produk hewani; karantina; pemotongan hewan baik yang terinfeksi, pulih, dan rentan PMK; pembersihan dan desinfeksi tempat dan semua bahan yang terinfeksi; pembuangan bangkai dan produk hewan yang terkontaminasi di daerah yang terinfeksi. Profilaksis medis dilakukan melalui vaksin inaktif, yang dapat dikategorikan menjadi vaksin potensi standar vaksin komersial dan potensi lebih tinggi vaksin darurat. Vaksin hidup yang dilemahkan tidak dapat diterima karena bahaya kembali virulensinya dan penggunaannya akan mencegah deteksi infeksi pada hewan yang divaksinasi. Penyakit PMK pada manusia berhubungan dengan konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi, produk susu atau produk daging yang belum diproses dari hewan yang terinfeksi atau kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi misalnya peternak dan dokter hewan. Tidak ada laporan penularan dari manusia ke manusia. Langkah–langkah konkret dan segera untuk mengendalikan adalah otoritas kesehatan hewan harus menghilangkan virus PMK dengan cara dekontaminasi area sekitar hewan ternak, menghilangkan sumber infeksi dengan cara stamping out memusnahkan hewan yang terinfeksi, melakukan vaksin PMK, dan karantina wilayah yang terkena kasus PMK. Mengingat besarnya dampak secara ekonomi dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, kita perlu peningkatan kewaspadaan. Kita juga membutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan daerah, antarkementerian, organisai profesi dan seluruh lapisan masyarakat untuk bersungguh-sungguh mengendalikan dan mengeliminasi wabah PMK ini. Nico Hartandi, Teknisi Litkayasa Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sri Oemijati, Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan, berkontribusi dalam penulisan artikel ini.Penyebabkutil atau papillomatosa pada ternak sapi disebabkan oleh golongan papilomavirus yaitu bovine papillomavirus (BPV) yang dikenal memiliki 6 strain diantaranya, BPV1 akan menyebabkan gangguan daerah hdiung, putting dan gland penis, BPV2 akan menyebabkan gangguan pada daerah lesi kepala, dan leher, BPV3 akan menyebabkan gangguan pada bagian kepala dan intradigital, BPV4 akan menyebabkan
DinasPertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Gunung Mas, Yuliana Elisabeth menyampaikan ada beberapa gejala yang muncul pada sapi, saat terkena penyTahukah Anda Jenis Penyakit Pada Sapi dan Cara Mengatasinya? Hewan sapi merupakan ternak yang masuk dalam kelompok mamalia atau hewan menyusui. 7 Jenis Penyakit Pada Sapi dan Cara Mengatasinya Hampir seluruh negara pastinya mempunyai wilayah peternakan sapi. Ini sangat penting apabila mempunyai peternakan sapi, kita harus menjaga tempat tinggal ataupun kesehatan sapi secara maksimal agar menghasilkan hasil ternak yang berkualitas. Faktor yang memengaruhi kesehatan sapi Ada banyak faktor yang memengaruhi kesehatan sapi diantaranya Timbulnya gangguan kesehatan pada sapi penyebabnya bisa dari lingkungan sekitar, seperti kandang yang tidak pernah dibersihkan dan udara yang tercemar. Kemudian faktor internal yang memengaruhi kesehatan sapi adalah penyakit menular dari satu sapi ke sapi lainya karena kontak langsung di kandang yang sama. Maka, penting untuk melakukan cek kesehatan pada sapi peliharaan sebelum ditempatkan pada kandang yang sama. Faktor lainnya juga bisa dari pakan sapi yang bermasalah dapat membuat kesehatan sapi terganggu. Keseimbangan makanan yang kurang dapat memengaruhi faktor kurangnya nutrisi dan nilai gizi pada sapi. Baca Juga Penyebab Berat Sapi Menurun Dalam ternak hewan sapi yang harus diperhatikan adalah penyakit yang sering menyerangnya. Berikut adalah jenis penyakit pada sapi dan cara mengatasinya, diantaranya 1. Penyakit BEF Bovine Ephemereal Fever/ Demam 3 hari Penyakit ini disebabkan oleh Rhapdhovirus yang ditularkan oleh nyamuk culicoides. Gejala yang ditimbulkan adalah Sapi mengalami demam tinggi dengan suhu antara 1-4 C. Mengalami tremor gemetar, keluar ingus dari hidung dan mata serta nafsu makannya menurun. Sapi bisa mengalami kaki pincang, bahkan ada yang tidak dapat berdiri akibat nafsu makan yang berkurang dan juga kembung. Cara mengatasinya Selalu membersihkan kendang secara rutin dan merawatnya agar selalu dalam keadaan kering tidak lembab. Pasalnya kandang yang kotor dan lembab bisa menjadi sarang nyamuk. Jika ini terjadi sarang nyamuk wajib dimusnahkan. 2. Penyakit Scabies Sarcoptes Scabei Penyakit ini menimbulkan beberapa gejala pada hewan sapi diantaranya pada permukaan kulit terdapat kerak-kerak keropeng. Kemudian sapi selalu menggesekan kulitnya yang terkena scabies tersebut. Selain itu, sapi mengalami kerontokan bulu, kulit menjadi kaku dan tebal. Cara mengatasinya Usahakan untuk selalu membersihkan kandang kurang lebih satu minggu sekali. Mandikan sapi selama 2 minggu sekali dan pisahkan sapi yang terkena infeksi dengan sapi yang lain. Berikan obat anti parasit agar mempercepat proses penyembuhan. 3. Penyakit Anthrax Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, sistem pernafasan dan juga dapat melalui makanan atau minuman. Gejala yang ditimbulkan adalah Sapi mengalami demam tinggi, tubuhnya lemah dan gemetaran, sistem pernafasan terganggu, terjadi pembengkakan pada kelenjar dada, leher dan alat kelamin. Selain itu tubuh sapi terdapat banyak bisul, keluar darah berwarna merah kehitaman dari lubang hidung, telinga, mulut, anus dan vagina. Kemudian, pada bagian limpa bengkak dan berwarna kehitaman serta kotoran sapi bercampur dengan darah. Jika kondisi ini lebih parah, maka sapi akan mengalami kematian. Cara mengatasinya Setiap daerah wajib melakukan vaksinasi secara rutin setiap tahun untuk mencegah wabah anthrax. Pengawasan yang lebih ketat terhadap lalulintas ternak secara rutin. Melakukan isolasi pada sapi yang terkena penyakit agar tidak menular ke yang lain. Bangkai sapi yang terkena penyakit atau sakit jangan dipotong, tetapi harus dibakar dan dikubur. 4. Penyakit Kembung/ Bloat Jenis penyakit pada sapi selanjutnya adalah kembung. Bentuk kembung yang dialami oleh sapi ini dapat dibedakan menjadi dua Kembung yang berupa gas akibat adanya penyumbatan. Kembung berupa busa yang menjadi faktor penghambat terjadinya pelepasan gas. Hal ini cukup sering terjadi karena terdapat permasalahan pada fermentasi rumen yang tidak sempurna sehingha menghasilkan busa. Gejala yang ditimbulkan Perut sapi mengalami kembung dan bila diraba terasa keras dan sakit serta mengalami susah buang kotoran. Sapi akan mengalami kesulitan berdiri setelah berbaring. Pada bagian perut sebelah kiri sapi yang terkena penyakit kembung akan membesar, lalu punggungnya membungkuk dan pernapasan lebih meningkat. Cara mengatasinya Cegah sapi agar tidak memakan rumput yang masih muda atau basah. Pasalnya sakit kembung ini disebabkan karena sapi memakan rumput yang masih basah dan menimbulkan gas dalam pencernaan yang tidak bisa dikeluarkan dari perut. Jangan gembalakan sapi pada pagi hari karena kondisi rumput masih basah oleh embun. Berikan obat kembung agar lekas sembuh. 5. Penyakit Cacingan Jenis penyakit pada sapi selanjutnya adalah cacingan. Penyakit ini penyebabnya adalah parasit internal pada saluran pencernaan sapi. Nama parasitnya adalah Trichuris sp. dan Oestophagostomum sp. Gejala yang ditimbulkan Sapi akan terlihat kurus, lemah dan lesu serta rasa nafsu makannya menurun. Bulu sapi kasar, kusam dan mengalami kerontokan. Perut pada sapi mengalami pembengkakan, terkena diare dan kepala agak menunduk. Pada bagian rahang bawah sapi terlihat mengalami pembengkakan atau istilahnya bottle jaw. Cara mengatasinya Selalu menjaga kebersihan kandang sapi kurang lebih satu minggu sekali. Pemberian rumput dalam keadaan kering atau proses pengaritan rumput di jam Penggembalaan sapi sebaiknya pada siang hari agar tidak ada telur cacing yang menempel pada rumput. 6. Penyakit pada sapi karena keracunan pakan Penyakit yang bukan ditimbulkan oleh infeksi biasanya karena sapi mengalami keracunan pada makanan yang dikonsumsi. Mereka biasanya mengonsumsi rumput-rumputan atau daun-daunan hijau yang mengandung zat racun. Gejala yang ditimbulkan apabila hewan sapi mengalami keracunan adalah Sapi akan mengalami rasa kembung atau mungkin tidak ada gejala kembung yang menyertainya. Kematian mendadak, mulut berbusa, selaput lendir berwarna kebiruan, terjadi pengelupasan kulit/eksim atau bahkan pendarahan. Cara mengatasinya Sebaiknya jangan menggembalakan hewan sapi pada daeerah yang banyak ditumbuhi tanaman beracunnya atau jangan sampai memberikan tanaman yang beracun. 7. Penyakit diare Hewan sapi yang mengalami diare disebabkan karena adanya peningkatan frekuensi keluarnya feses dan mengandung air yang tidak normal jumlahnya. Penyebab diare pada sapi ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok Diare karena gangguan fungsional yakni akibat alergi terhadap makanan, obat, cacat digesti, cacat absorpsi dan aspek psikologi. Kemudian, adanya penyakit metabolik atau penyakit umum yang menyerang pada saluran pencernaan seperti uremia, congestive heart failure, liver chirrhosis, hypoadrenocorticism, dan keracunan logam berat. Selain itu penyakit diare karena adanya penyakit intrinsik pada usus yang penyebabnya adalah bakteri, fungi, protozoa, metazoa parasit, virus dan radang non spesifik. Lalu berdasarkan lama waktunya, diare dapat dibagi kembali menjadi dua yaitu diare akut dan kronis. Diare akut penyebabnya bisa karena pakan yang tidak bersih, parasit ataupun karena penyakit infeksi. Diare kronis pada hewan sapi ini patut dicurigai karena adanya parasit seperti nematoda, Giardia, Tritrichomonas. Keberadaan parasit tersebut bisa diketahui melalui pemeriksaan feses. Cara mengatasinya Pemberian obat-obatan untuk mengurangi diare dengan menggunakan antibiotik atau vaksin. Upayakan selalu menjaga kebersihan kandang dan juga menjaga kebersihan pakan sebelum diberikan kepada hewan sapi tersebut. Oleh karena itu lebih baik mencegah dari pada mengobati. Demikianlah pembahasan dalam kesempatan kali ini mengenai Jenis Penyakit Pada Sapi dan Cara Mengatasinya. Semoga bermanfaat. Baca Juga Cara Penggemukan Sapi CaraMengobati penyakit Kutil Pada Sapi dan Kambing Secara Medis. Sebenarnya Penyebaran penyakit dapat dihindari dengan carr memisah atau mengisolasi ternak penderita. Penyakit Kutil dapat di angkat melalui pembedahan atau dengan cara diikat dengan benang jahit padabagian dasarnya, tergantung dari jumlah, jenis, ukuran serta lokasinya
Penyakit kutil Warts atau papillomatosis pada sapi sebenarnya bukanlah penyakit yang mematikan, seperti antrax atau SE tetapi lebih menyebabkan kepada gangguan fisik dan keindahan. Penyakit kutil biasanya akan hilang sendirinya tetapi dalam waktu yang lama. Kutil pada sapi bisa ditemukan diseluruh tubuh, tetapi yang paling sering ditemui adalah pada daerah moncong, leher, daun telinga, pantat, kaki dan puting. Penyebab Penyebab kutil atau papillomatosa pada sapi adalah golongan papillomavirus yaitu bovine papillomavirus BPV. Bovine papilloma virus BPV dikenal ada 6 strain yang masing-masing menyebabkan lesi pada bagian tubuh yang berbeda. BPV1 biasanya menyebabkan lesi pada daerah hidung, putting dan gland penis. BPV2 menyebabkan lesi pada kepala, leher. BPV3 pada kepala dan daerah intradigital. BPV4 pada saluran pencernaan dan vesika urinaria. BPV5 dan BPV6 menyebabkan lesi pada putting. Ada 4 bentuk dari pertumbuhan kutil Tag shaped Pedunculated stalked Sessile squat flat bentuk kutil Penyakit kutil dapat menular dari hewan satu ke hewan lainya melalui beberapa cara Kontak langsung, gigitan lalat serangga, Melalui alat-alat yang terkontaminasi pembuatan tato, pemasangan nomor telinga. Treatment Kutil sebenarnya dapat hilang sendiri karena pada tubuh hewan secara alamiah mampu mengembangkan system imun untuk menghilagkan virus tersebut. Tetapi kesembuhan itu biasanya akan terjadi dalam waktu yang sangat lama. Oleh karena itu dapat dilakukan beberapa cara treatment untuk mempercepat kesembuhan. Pembedahan /penyayatan Efektive jika dilakukan pada kutil yang bersifat tunggal papilloma dan dalam keadaan pertumbuhan maksimal. Metode penyayatan pada kutil yang masih muda dan yang bersifat banyak papillomatosa tentu saja tidak efektive. Pengikatan Bisa dilakukan dengan mengikat kutil pada bagian pangkalnya dengan erat sehingga aliran darah terputus dalam waktu lama sampai kutil terlepas. Metode ini tentu saja tidak efektive untuk papillomatosa. Vaksinasi Vaksin untuk papillomatosis sebenarnya sudah tersedia di beberapa negara maju, tetapi secara ekonomi kurang efektive karena biasanya perlu dilakukan beberapa kali dan didalam satu vaksin komersial biasanya tidak mengandung semua jenis strain BPV. Autovaksin Merupakan cara yang efektive dan mudah. Autovaksin pada prinsipnya adalah penyuntikan kembali antigen virus yang di ambil dari jaringan kutil untuk menstimulasi terbentuknya antibody dalam tubuh. Cara Pembuatan Autovaksin Ambil Jaringan kutil, kemudian di hancurkan Tambahkan aquadest lalu buat suspensi Suspensi tsb disaring Tambahkan 0,5 ml formalin 10% sehingga didapatkan kira-kira 100 ml suspensi Tambahkan antibiotik Penicillin-Streptomicin 2mg/ml Vaksin siap di injeksikan 1 ml/20 kg BB; SC Ada satu lagi cara yang sering kami pakai dilapangan, yaitu dengan penyuntikan serum. Hasilnya cukup efektif, kira-kira 2-4 minggu kutil sudah bisa rontok. Caranya Ambil darah kira-kira 25-30 ml Diamkan selama 24 jam Ambil serumnya Tambahkan antibiotic Serum siap di injeksikan diulangi tiap 7 hari sekali smp sembuh source
Infeksimenular seksual bisa menimbulkan gejala seperti di bawah ini: Keluar duh atau cairan yang tidak biasa, panas, atau berbau tidak sedap dari penis atau vagina. Nyeri saat buang air kecil atau frekuensi buang air kecil meningkat. Benjolan pada area selangkangan, baik itu nyeri ataupun tidak. Penyebab Dan Cara Mengobati Kutil Pada Sapi dan Kambing. Kutil banyak ditemui pada semua ternak terutama sapi, kuda, domba, kambing, babi, anjing, maupun kucing. Kutil Cutaneous papillomatosis merupakan tumor kulit yang berbentuk seperti bunga kol, disebabkan oleh Bovine Papilomavirus BPV type BPV-1, BPV-2, dan BPV-5 yang termasuk dalam famili Papovaviridae. Pada ternak sapi umur muda, kutil dapat ditemui pada sekitar leher. Kerugian Akibat Penyakit Kutil Infeksi kutil dapat merusak kulit ternak hampir pada seluruh permukaan kulit. Kerugian ekonomis akibat penyakit kutil ini adalah performa ternak sapi atau kambing menjadi tidak maksimal karena pertumbuhan kutil dipermukaan tubuh. Hal ini secara tidak langsung akan menurunkan nilai jual ternak tersebut. Lama kelamaan akan terdapat ektoparasit dan infeksi bakteri yang akan menurunkan daya tahan tubuh ternak. Apabila ternak tidak segera diobati akan menimbulkan kematian. Penularan Kutil Penularan kutil ini dapat melalui kontak langsung, pakan, penggunaan jarum suntik yang berulang dan peralatan kandang yang terkontaminasi ternak penderita. Kutil timbul akibat infeksi virus masuk melalui lesi atau abrasi kulit. Lesi kulit dapat terjadi akibat tatto sekitar telinga untuk ear tag, sekitar hidung akibat luka pemasangan bull leads tali hidung, dan lesi akibat terkena kawat berduri. Virus masuk ke dalam jaringan epidermis kemudian memperbanyak diri bereplikasi pada basal sel epitel. Replikasi virus menyebabkan pertumbuhan epitel berlebihan. Gejala klinis Gejala klinis yang ditimbulkan sangatlah jelas dengan adanya kutil pada permukaan kulit dari ternak yang terserang Meuten, 2002. Permukaan tumor ini agak kasar, seperti bunga kol, dan tidak menimbulkan rasa nyeri Soeharsono et. al., 2010. Pengobatan Kutil Secara Medis Penyebaran penyakit dapat dikurangi dengan isolasi ternak penderita. Kutil dapat di angkat melalui pembedahan atau melalui diikat dengan benang jahit dibagian dasarnya, tergantung dari jumlah, tipe, ukuran dan lokasinya Champness dan Hamilton, 2007. Selain dengan pembedahan dan pengikatan, kutil dapat disembuhkan dengan pembuatan autovaksin yang di injeksikan secara subcutaneous di daerah dekat dengan kutil. Berkurangnya kutil terjadi kira-kira tiga minggu setelah vaksinasi dan dalam enam minggu kutil secara spontan hilang dengan menunjukkan total kesembuhan. Setelah pengobatan, kutil pada sapi ini tidak tumbuh lagi Sreeparvathy et. al., 2011 Sebaiknya apabila ternak penyakit kutil segera pisahan dengan ternak yang lain pada kandang isolasi dan panggil petugas kesehatan untuk mengobatinya. Sumber Champness, D., Hamilton. 2007. Warts on Cattle See Depatment of Enviroment and Primary, Victoria, Australia. Meuten, 2002. Tumor in Domestic Animals. 4th Edition. A Blackwell Publishing Commpany. Iowa State Press. Soeharsono, Syafriati, T. dan Naipospos, 2010. Atlas Penyakit Hewan di Indonesia. Udayana University Press. Sreeparvathy, M., Harish, C., and Anuraj, 2011. Autogenous Vaccination as Treatment Method for Bovine Papillomatosis. India Journal of Livestock Science 238-40. SXb4. 445 271 497 311 144 137 384 53 262